Medsos Untuk Misi Positif

Admin RB BPS Pusat | 10th February, 2017

Menjadi tua adalah kodrat! Merasa tua merupakan “pilihan”, Good morning Airmen!!”. Kenal dengan sapaan ini? Jangan bilang sebagai netizen Twitter sejati kalau tidak kenal sapaan hangat milik akun twitter @_TNIAU ini. Walaupun tidak selalu sama, namun Airmin (panggilan adminnya, red) kerap menyelipkan guyonan yang bisa membuat followers-nya tersenyum. Jika melihat posting-an tanpa melihat nama akunnya, mungkin tidak akan menyangka bahwa akun tersebut milik TNI Angkatan Udara yang dikelola oleh prajurit yang notabene kaku, keras, dan gahar. ‘Sosok’ Airmin yang ramah, humoris namun tetap tegas membawa wibawa TNI AU, membuat penasaran followers untuk membuka jati dirinya. Dengan respon juga profilnya yang menarik, akun @_TNIAU menjadi salah satu akun media sosial (medsos) milik instansi pemerintah yang bisa dijadikan contoh dalam pengelolaannya.

 

Medsos, Media Promosi Gratis

Akun @_TNIAU menjadi contoh kisah sukses penggunaan medsos yang kini menjadi daya tarik luar biasa dalam penyebaran informasi. Bahkan menjadi candu di masyarakat. Dari hasil survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2016, total pengguna internet di Indonesia sebanyak 132,7 juta orang. Konten media sosial yang sering dikunjungi pengguna internet di Indonesia adalah Facebook (FB) sebanyak 71,6 juta, diikuti Instagram 19,9 juta orang. Twitter berada di peringkat 5 dengan 7,2 juta orang.

Dalam lingkup dunia, Agung Yudha dari Twitter Indonesia saat Diskusi Pengelolaan Media Sosial di Kantor Staf Kepresidenan (KSP), (19/1) mengungkapkan fakta menarik, “Mungkin belum semuanya mengetahui bahwa lebih dari 316 juta pengguna Twitter aktif tiap bulannya mencuit lebih dari 1 milyar per dua hari dengan menggunakan 200 bahasa berbeda”. “Ada 1,2 juta milyar pengguna FB yang mengunjungi lamannya setiap hari,” ujar Rian Novianto dari FB Indonesia dalam forum diskusi yang sama minggu depannya. Melihat angka tersebut wajar jika masyarakat sulit dilepaskan dari smartphone-nya dari bangun tidur hingga sebelum terlelap di malam hari.

Kehadiran medsos membawa banyak perubahan dalam dunia komunikasi. Tidak hanya menjadi media person to person, seperti tujuan awalnya, tetapi kini penggunaannya sudah meluas, salah satunya menjadi media promosi gratis. “Di tengah pemotongan anggaran, kita dituntut untuk selalu kreatif dalam mensosialisasikan data BPS. FB dipilih karena murah dan jangkauannya luas,” terang Eko Oesman, Kepala Bagian Humas yang juga aktif di FB lewat tulisan humanisnya tentang data BPS.

Kadir, Staf Subdit Statistik Tanaman Pangan yang juga penulis mengiyakan bahwa medsos saat ini memang menjadi media yang paling efektif dalam menyebarluaskan data BPS, apalagi saat ini pasti banyak generasi muda yang memanfaatkannya. “Dengan medsos, masyarakat dapat memahami data BPS tapi tergantung dengan platform yang digunakan, contoh FB dan blog. Kalau menggunakan blog, kita dapat lebih bebas menjelaskan dengan memuat tabel atau chart sehingga dapat menguatkan isi tulisan.”

 

Berikan Pesan Positif

Tiap hari banyak orang berinteraksi dengan menggunakan internet. Sebuah informasi yang berawal dari satu orang dapat berpindah ke orang lain dengan jumlah yang lebih banyak dengan kecepatan yang sangat menakjubkan. Tidak peduli apakah informasi yang disebarluaskan (broadcast) itu benar, buruk, ataupun bohong. Berita hoax (bohong) kian merajalela di medsos. Kini, medsos yang dulunya berisi posting-an lucu dan inspiratif, sekarang banyak berisi pesan-pesan yang menebar kebencian dan menyudutkan satu sama lain.

Dalam konteks statistik, M. Sairi Hasbullah yang menjadi narasumber dalam Talkshow Kepenulisan Kreatif (26/1) mengatakan “Masyarakat cenderung lebih mudah mempercayai data yang diperoleh dengan metodologi yang meragukan (shaky methodology). Informasi statistik yang dihasilkan pun seringkali diterjemahkan secara keliru dan dicampurkan dengan persepsi personal (mutant statistics). Hal ini yang akan memunculkan “hoax society” dalam masyarakat”.

Dengan banyaknya berita hoax yang menjamur di masyarakat bukan berarti medsos tidak bisa memberikan pengaruh positif. Sebut saja Walikota Bandung, Ridwan Kamil, yang menyadari pentingnya medsos dalam menyebarluaskan kebijakan yang dibuatnya. “Kesadaran akan penggunaan internet di unit kerja Pemkot Bandung bisa dibilang rendah. Oleh karenanya, saya menginstruksikan kepada kelurahan, kecamatan, dan dinas di Kota Bandung yang jumlahnya 200 untuk mem-posting kegiatannya setiap hari di medsos,” kata Kang Emil, sapaan akrabnya, saat diskusi di KSP (26/1). Di akun milik pribadinya, ia juga membungkus informasi capaian kinerja di Kota Bandung dengan serius tapi santai, disisipi dengan humor yang pastinya disukai banyak orang. Ia juga dikenal sebagai media darling, mempunyai dua jutaan followers dan mendapatkan puluhan ribu like per posting-nya.

 

Viralkan Data BPS

Dengan berbagai manfaat medsos, BPS pun mengambil kesempatan untuk menggunakan medsos dalam mensosialisasikan BPS juga produknya. Sejak 2015, BPS telah memiliki akun di FB, Twitter, dan Youtube. Walaupun keberadaannya yang masih ‘sangat muda’, medsos BPS berupaya menyapa followers-nya dengan informasi terkini mengenai data dan kegiatan BPS. Pengembangan setahap demi setahap dilakukan, salah satunya dengan media visit ke tim medsos Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Ilmu berharga didapat tentang bagaimana Kemenpar menggarap medsosnya dengan serius sehingga netizen dapat mengetahui perkembangan informasi Kemenpar secara real time. Visi misi Sang Menteri juga diusungnya dengan gencar melakukan promosi wisata di medsos.

Langkah BPS (pusat) membuat medsos juga diikuti sejumlah BPS daerah, salah satunya yang cukup aktif adalah akun FB Humas BPS Sulteng. Awalnya, bernama Sensus Ekonomi Sulteng yang dibuat April 2016, tujuannya untuk mensosialisasikan Sensus Ekonomi 2016. Pada Agustus 2016, timbul ide untuk mengubah nama akun menjadi Humas BPS Sulteng agar posting-an lebih luas cakupannya, yaitu terkait kegiatan-kegiatan di BPS Provinsi Sulteng. Ketika ditanyakan kenapa memilih FB? PJ Kehumasan BPS Provinsi Sulteng, Moh. Rizal Udji Mallawan menjawab karena FB lebih populer di Indonesia dibanding medsos lainnya.

Membawa statistik yang rumit untuk lebih dekat ke publik memang menjadi suatu tantangan tersendiri. “Agak sulit menyajikan data menjadi tulisan yang menarik dan mampu dipahami oleh masyarakat karena sifatnya yang segmented, coba bahasakan dengan bahasa yang mudah dipahami bahkan oleh orang yang awam tentang statistik,” lanjut Kadir. Sementara Eko memilih untuk menulis populer seperti kisah yang ditemuinya sehari-hari dikaitkan dengan data BPS yang ada. Tak mudah memang, perlu riset kecil-kecilan. “Biasanya kalau terpikir sesuatu, saya tulis dulu di note, lalu saya cari-cari info. Biasanya saya selesaikan di commuter line ketika berangkat kerja dari Stasiun Depok Baru sampai Juanda,” kisahnya. Sairi juga menjadi salah satu pejabat di BPS yang sangat aktif menggunakan medsosnya untuk berbagi ilmu statistik lewat status-statusnya. “Sangat merugi kalau isi medsos kita hanya foto selfie,” ujarnya yang meminta kepada jajarannya untuk memanfaatkan akun medsosnya untuk ikut mensosialisasikan data BPS.

Tanpa disadari, setiap pegawai BPS adalah cyber agent dalam mensosialisasikan data BPS. Mari hiasi medsos kita untuk mengedukasi publik tentang statistik dan data BPS.

-Gita, Kurv-

 

Sumber : Varia Statistik Februari 2017