Senjata Pamungkas Pengendalian Kualitas Data SE2016

Admin RB BPS Pusat | 10th August, 2016

Meski saat ini sudah masuk jadwal pengolahan, masih banyak petugas Task Force SE2016 yang terlihat melakukan penyisiran lapangan. Tentu semua ada tenggat waktunya, tak terkecuali janji BPS kepada presiden untuk menyerahkan hasil sementara pada pidato kenegaraan 16 Agustus.

Marlina Kamil, Direktur Sistem Informasi Statistik optimis bahwa Agustus sudah ada data yang bisa diserahkan. “Sampai saat ini data dari daerah masuk terus, seperti yang dapat kita lihat di monitoring. Nanti tinggal bagaimana subject matter saja mau pakai angka dari progres lapangan atau dari olah Rekapitulasi Blok Sensus (RBL).” Mengapa ada pilihannya, ada berapa versi angkanya nanti? Jangan berprasangka dulu, Marlina menjelaskan bahwa adanya perbedaan versi keduanya tetap bisa dijelaskan. Angka progres lapangan diperoleh dari live report kegiatan pendataan, yang bisa saja belum terekap lengkap di RBL. Apalagi jika blok sensus tersebut merupakan target wilayah penyisiran, tentu angkanya masih akan bergerak.

Bicara pergerakan angka jumlah usaha, Marlina juga ikut bicara. “Berbagai perubahan kebijakan yang terjadi di lapangan juga harus dipikirkan detailnya hingga tahap pengolahan. Saya tentu butuh guidance dari subject matter, apa-apa saja yang harus diperhatikan untuk early warning system,” jelasnya. Marlina mengakui, bahwa dengan berbagai tantangan kerumitannya, BPS telah berusaha semaksimal mungkin menyelenggarakan SE2016 dengan menciptakan terobosan-terobosan. Setiap terobosan tentu ada nilai plus dan minusnya. Selama minusnya telah dirumuskan solusinya, tidak jadi soal.

Sementara itu, target waktu penyelesaian yang sudah di depan mata perlu digarap bersama. Marlina mengharapkan kepala BPS provinsi hingga KSK harus merumuskan strategi untuk pengiriman dokumen ke pusat pengolahan secara berkala dan dalam kondisi clean untuk diolah. Belum lagi adanya kenyataan di berbagai wilayah yang tidak menggunakan dokumen scanner. “Agar kesalahan berulang tidak perlu terjadi lagi.”

 

Tahapan Strategi Pengendalian Kualitas Data SE2016

Sejak tahun 2014, untuk meningkatkan kualitas data hasil SE2016, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Sasmito Hadi Wibowo telah mengupayakan berbagai macam strategi. Salah satunya untuk mengantisipasi missing data akibat adanya nonresponse pada pertanyaan mengenai omzet dari perusahaan Usaha Menengah Besar (UMB), maka dibentuklah Tim Strategi Pengendalian Kualitas Data (SPKD) pada 2016. Tim SPKD beranggotakan 23 orang dan diketuai oleh Ihsanurijal, Inspektur Wilayah I.

“Tim SPKD mendapat tugas dari BPS menyusun strategi untuk mengendalikan kualitas data hasil SE2016 skala UMB, khususnya mencermati isian omzet.  Memang tidak mudah mendapatkan nilai omzet dan tenaga kerja dari perusahaan skala UMB, ada yang kooperatif namun tidak sedikit yang enggan mengisikan data omzet dan tenaga kerjanya,” ujar Haerani Natali Agustini, Wakil Ketua Tim SPKD. Bagaimana mengantisipasinya? Titien, panggilan akrab Haerani, melanjutkan data SE2006 akan menjadi rujukan awal dalam menyusun strategi pengendalian kualitas data yang menghasilkan estimasi omzet untuk tahun 2015. Tahapan lainnya adalah dengan melakukan cek lapangan di 10 provinsi: Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan. Tujuannya untuk melihat apakah perusahaan UMB di 2006 yang menjadi sampel masih ada, serta untuk melihat apakah estimasi omzet 2015 sudah sesuai dengan keadaan di lapangan.

‘Senjata’ lainnya adalah Tim SPKD juga melakukan break down terhadap perusahaan terbuka (Tbk) yang identitasnya sudah masuk dalam Bursa Efek Indonesia. Break down yang dimaksud yakni mengidentifikasi induk dan anak-anak perusahaan yang masuk dalam jaringannya. Selain itu untuk mendapatkan nilai omzet sampai dengan level establishment, break down juga dilakukan dengan berbagai cara, termasuk melalui pendekatan aset, segmen, hingga jumlah penduduk. Tidak ketinggalan data dari subject matter juga menjadi pelengkap dalam mengestimasi UMB SE2016. Hasil dari Tim SPKD menjadi bench mark untuk memperbaiki nilai omzet UMB hasil SE2016 yang dianggap nonresponse dan tidak wajar.

Bench mark tersebut akan digunakan untuk revisit UMB. Ketika perusahaan tetap tidak memberikan nilai omzet setelah dikunjungi kembali, maka bench mark ini akan digunakan sebagai nilai imputasi. Jika perusahaan tersebut merespon dan memperbaiki estimasi yang kita berikan, maka perbaikan itulah yang akan kita pakai,” jelas Titien.

Apakah Tim SPKD optimis dengan kualitas data SE2016? “Tim SPKD sudah berjuang all out, siang-malam, dan tanpa lelah mempersiapkan bench mark SPKD SE2016. Namun kualitas data hasil SE2016 adalah tanggung jawab kita bersama sebagai insan statistik,” ujar Nita Kurniasih, yang menjadi salah satu anggota Tim SPKD.

 

Sumber : Varia Statistik Agustus 2016