Rebut Kembali WTP

Admin RB BPS Pusat | 10th July, 2016

Tidak seperti biasanya, Rabu sore 22/6 suasana ruang kerja Unit Kerja Kepala (UKK) tidak terlihat kesibukan apapun. Padahal besok ada perhelatan penting terkait Rapat Pimpinan Lengkap (Rapimkap) BPS pascapelantikan sejumlah Pejabat Eselon II, III, dan IV seminggu yang lalu. “Bapak nulis sendiri Mas bahan buat besok,” ungkap Eko Rahmadian, Kasubbag Penyiapan Materi Pimpinan BPS. Sejatinya bahan rapat selalu di-support oleh UKK. Berkantor di sayap kiri gedung pimpinan, empat lulusan terbaik STIS siap bekerja 24 jam mendukung performa presentasi Suryamin dan eselon I lainnya. “Untuk hal-hal penting biasanya Bapak buat catatan langsung di smartphone-nya,” ujar Clalisca, satu dari dua perempuan yang mengawal gawang UKK. Segitu pentingkah catatan itu sehingga Suryamin harus menulis sendiri arahannya?

Tepat jam 08.30 WIB, Yadhi Heriyadi, Kasubbag Protokol dan Persidangan BPS membuka jalan menuju ruang rapat Gedung 3 Lantai 1, tempat Rapimkap berlangsung. Dikawal Narso, sang ajudan, Suryamin melangkah cepat menuju kursi pimpinan yang sudah disiapkan. Sempat bersalaman dan memberi senyum kepada beberapa kepala BPS provinsi, wajahnya tetap menyiratkan sebuah masalah yang ingin segera diungkap. Tak berlama-lama setelah dipersilahkan Sekretaris Utama BPS, Dedi Walujadi, Suryamin langsung menggebrak dengan ungkapan “Ini WDP loh...menyakitkan! Ini kesalahan terbesar saya.” Suasana hening seketika.

Tak bisa dipungkiri, dalam kurun dua tahun terakhir, di luar sana, nama BPS sedang berkibar kencang. Pengakuan datang bukan hanya dari level nasional, tapi di level internasional pun penghargaan itu datang. Tidak tanggung tanggung, seorang Direktur World Bank mengakui berkilaunya kinerja BPS sekarang. Pujian itu dilontarkan langsung kepada Kepala BPS saat berlangsung pertemuan. “Tanya Pak Dedi saksinya. Saya tidak mengada-ada,” ungkap Suryamin semangat.

Setelah berjaya empat tahun berturut-turut meraih posisi terdepan (Wajar Tanpa Pengecualian/WTP, red) dalam meraih opini laporan keuangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), tahun ini prestasi tersebut jatuh ke level Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Untuk lembaga sekelas BPS yang sarat dengan pekerjaan sensus dan survei, prestasi ini dianggap sebagai sebuah ‘kecelakaan’, kalau tidak mau disebut sebagai sebuah tragedi.  Bagaimana tragedi itu bisa terjadi? Varia Statistik (VS) telah menelusurinya lewat wawancara dengan beberapa pihak yang dianggap sebagai penanggung jawab.

 

Sumber: Varia Statistik Juli 2016