KSK untuk Data Berkualitas

Admin RB BPS Pusat | 12th December, 2016

image source : <a href="http://www.freepik.com/free-vector/guarantee-best-quality-stamp_1055198.htm">Freepik</a>

BPS merupakan salah satu instansi pemerintah yang selalu bersentuhan langsung dengan masyarakat. Di sinilah Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) memainkan peran dalam mengkoordinasikan kegiatan perstatistikan, mulai dari sosialisasi kegiatan, koordinasi dengan pemerintahan setempat, rekrutmen petugas, sampai dengan pelaksanaan lapangan.

Sebagai garda terdepan BPS, KSK dibekali pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi, seperti penggunaan laptop. Dengan modal pengetahuan ini, para KSK diharapkan menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan jalannya Reformasi Birokrasi (RB). Seorang KSK harus bekerja keras, bekerja cerdas, gigih, bersemangat, serta bersikap luwes dalam berinteraksi dengan masyarakat. Responden memiliki beragam karakter, ada yang tegas menolak kehadiran petugas (dengan bermacam alasan), ada yang malas berhubungan dengan aparat, atau ada yang selalu menuntut dengan pertanyaan, “Pak, saya akan dapat bantuan ya?”. Memang satu hal yang paling menjengkelkan dan menyakiti hati jika kita berhadapan dengan masyarakat yang apatis.

Dalam menghadapi masyarakat yang lebih kritis dan haus akan informasi, para KSK harus mengimbanginya dengan bekal pengetahuan yang lebih dalam. Idealnya, seorang KSK dapat menjelaskan dengan baik beberapa hal strategis, misalnya Indeks Pembangunan Manusia atau Laju Pertumbuhan Ekonomi, karena hal tersebut sering ditanyakan oleh kepala wilayah kecamatan atau desa/kelurahan, serta aparat pemerintahan lainnya di wilayah kerjanya. Setidaknya KSK harus memahami hasil sensus atau survei yang dilaksanakan selama ini. Dengan status KSK yang berkantor di BPS kabupaten/kota, perlu kiranya KSK mendapatkan pengetahuan tentang indikator yang dihasilkan BPS dari masing-masing kepala seksi atau kepala kantor.

KSK merupakan cerminan BPS yang dapat dilihat langsung oleh masyarakat. Baik tidaknya BPS di mata masyarakat bisa dilihat dari kinerja KSK. Kenyataannya, pada saat ada kegiatan sensus atau survei, masih ditemui petugas yang jarang menjelaskan maksud dan tujuan dari sensus atau survei, dan yang dilakukan hanya memperkenalkan diri lalu memperlihatkan dokumen yang harus diisi. Untuk itulah, seorang KSK harus memahami 3T. Maaf ya, bukan Telur-Tahu-Tempe, melainkan 3 hal berikut ini: (1) Tahu apa yang dikerjakan; (2) Tahu apa yang dihasilkan; dan (3) Tahu untuk apa hasil itu.

Saat ini, dengan semakin berkibarnya kiprah BPS mengakibatkan pekerjaan selalu datang silih berganti. Kebanjiran pekerjaan patut kita syukuri, tetapi juga harus diwaspadai. Tumpang tindihnya pekerjaan, sering kali menjadi penghambat kita di lapangan. Terkadang KSK mendapat keluhan dari subject matter karena keterlambatan dalam menyelesaikan pekerjaan, terlebih saat pekerjaan menumpuk dan ‘tabrakan’ antara satu survei dengan survei lainnya.

Dalam kondisi seperti itu, KSK dihadapkan  dengan dua pilihan, kerja tepat waktu atau hasil yang berkualitas. Idealnya, kerja tepat waktu dan hasil berkualitas! Tumpang tindih pekerjaan bukan menjadi alasan  untuk mengesampingkan kualitas data. Untuk itu, perlu terobosan dan strategi dalam bekerja. Tidak berlebihan jika menyebut salah satu faktor penentu kualitas BPS berasal dari KSK. Karena dari tangan KSK inilah produk utama BPS dihasilkan. Dalam pelaksanaan sensus dan survei, KSK harus memastikan bahwa kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pencacahan, haruslah berisikan data, bukan sekadar kuesioner terisi.

Tantangan BPS semakin berat, karena kegiatan pemerintah harus memakai data BPS. Kita seperti dihadapkan kepada dua sisi sebilah pisau: di satu sisi BPS disanjung, tetapi di sisi lain dihujat atau dikritik. Untuk itu pembekalan pengetahuan sangat diperlukan KSK, karena di samping melakukan pendataan, KSK juga berfungsi sebagai humas atau agen sosialisasi kegiatan BPS. KSK berperan sebagai humas, merupakan salah satu cara sosialisasi yang efektif dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya data. KSK sebagai ujung tombak BPS, semoga semakin runcing, sehingga KSK makin berkualitas dan hasil akhirnya adalah data berkualitas.

 

-I Made Resdana, KSK Seririt, BPS Kabupaten Buleleng, Bali-