BPS Kabupaten Mamuju Siap Maju

Admin RB BPS Pusat | 15th December, 2016

Kantor BPS Kabupaten Mamuju

Seperti layaknya daerah khatulistiwa lainnya, Mamuju sangatlah panas, matahari seakan menyengat kulit hingga ke dalam. Dan seperti layaknya perkantoran BPS lainnya, BPS Kabupaten Mamuju berdiri sangat megah namun menyendiri, terpisah dari hiruk pikuk jantung kota. Salah satu cara menjaga independensi katanya, agar tidak terlalu dekat dengan pemerintah setempat. Alasan yang sebenarnya, ya, sah-sah saja, toh untuk mencapai pusat keramaian di Mamuju juga dapat ditempuh dengan cepat. Namun jika Anda ke BPS Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), sudah pasti Anda akan melewati BPS Kabupaten Mamuju, karena berada di rute antara Bandara Tampa Padang dan BPS Provinsi Sulbar.

Masuk ke kantor BPS Kabupaten Mamuju, teriknya matahari sedikit dihijaukan dengan beberapa tanaman yang menghiasi halaman depan kantor yang dibatasi dengan pagar kayu yang sebenarnya agak kurang selaras dengan gedungnya yang sudah megah. “Kita buat sementara untuk menjaga agar ternak tidak masuk dan merusak tanaman,” aku Saiyed Andi Supardi, Kasubbag TU BPS Kabupaten Mamuju.

Memasuki pintu masuk kantor, di sebelah kanan langsung terdapat Pelayanan Statistik Terpadu (PST) dimana satu meja staf ‘penerima tamu’ siap melayani siapa saja tamu yang datang. Tidak banyak memang yang biasanya datang, salah satu penyebabnya juga tidak banyak perguruan tinggi yang ada di Mamuju. Menurut pegawai disana Majene lah yang dijadikan semacam kota pendidikan. Dari PST, agak ke kiri terdapat ruangan Kepala BPS Kabupaten Mamuju. Sejak Agustus 2016, Wisman Nainggolan mendapat amanah memimpin BPS Kabupaten Mamuju, setelah sebelumnya menjabat sebagai Kabid Distribusi BPS Provinsi Sulbar.

Saat ini, menurut Wisman, ada beberapa hal yang menjadi perhatian BPS Kabupaten Mamuju. Pertama adalah wilayah Mamuju yang terbilang cukup luas. Hal ini menjadi salah satu alasan pemerintah akhirnya memberikan pemekaran pada Kabupaten Mamuju Tengah. Sehingga saat ini BPS Kabupaten Mamuju harus memegang kendali perstatistikan dua kabupaten sekaligus, berhubung BPS Kabupaten Mamuju Tengah belum terbentuk. “Dua kabupaten, dua publikasi, dua pekerjaan,” canda Wisman. Ke depannya wacana pembentukan Kotamadya Mamuju juga sudah mengemuka.

Kedua adalah yang jarang diketahui orang banyak. Ternyata Mamuju mempunyai satu kecamatan nun jauh di sana. Berjarak sekitar 60 mil dari Mamuju, atau sepuluh jam perjalanan laut ditambah gelombang-gelombang ganas, Mamuju memiliki satu kecamatan di tengah laut bernama Kecamatan Kepulauan Bala-Balakang. Hebatnya, butuh biaya sewa kapal (speed boat) sebesar sepuluh juta untuk mencapainya! Bahkan sebenarnya, kecamatan ini justru lebih dekat jika ditempuh dari Kalimantan Timur (Kaltim), sekitar tiga jam. Penduduk disana pun lebih banyak mencukupi kebutuhan sehari-harinya dengan berbelanja ke Kaltim.

Permasalahan ini sudah pasti juga berpengaruh pada keberlangsungan pekerjaan BPS. Jika ada pekerjaan lapangan yang diharuskan ke sana, biaya sudah pasti membengkak. Walaupun KSK sudah cukup lengkap di sana, namun Wisman dan jajarannya berharap suatu saat nanti ada putra asli dari Kepulauan Bala-Balakang yang dapat direkrut dan secara khusus ditempatkan di pulau yang terpisah itu.

Yang juga menjadi perhatian selanjutnya adalah, masalah klasik seperti biasanya: SDM. Bukan masalah sedikit atau kurang, namun satu per satu para punggawa BPS Kabupaten Mamuju mulai mengantri untuk dapat ‘pulang’ ke tempat asal, atau paling tidak ke Pulau Jawa. Hal ini tentu bukan hanya masalah di Mamuju saja, namun seluruh Sulbar, dan Indonesia pula. Skema rotasi, mutasi, serta promosi yang jelas nampaknya masih berupa keniscayaan.

Namun, nada optimisme tetap diusung Wisman beserta koleganya. Wisman, yang juga terhitung perantau veteran di sana beserta jajarannya yang juga banyak terdiri dari perantau sudah layaknya satu keluarga. Dengan demikian kekompakkan dan keguyuban sudah bukan menjadi pertanyaan lagi.

 

Sumber : Varia Statistik Desember 2016