Benarkah Anda Pemimpin?

Admin RB BPS Pusat | 15th February, 2016

Dalam setiap kelompok, keluarga, organisasi, perusahaan, atau kantor, selalu ada satu atau beberapa orang yang diamanahi untuk membimbing dan mengarahkan anggotanya. Mereka dikenal sebagai pemimpin, orang-orang yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan orientasi organisasi dan mewujudkan target bersama.

Kata “pemimpin” sering digunakan secara positif untuk menyebut mereka yang mengayomi, mengarahkan, memotivasi, mencerdaskan, mencontohkan, serta menyelesaikan masalah dengan bijak dan cekatan. Contoh pemimpin dalam lingkup kecil adalah seorang ayah, pemimpin dalam keluarga; atau Anda, pemimpin untuk diri masing-masing. Contoh pemimpin dalam lingkup besar adalah rektor, CEO, kepala dinas, atau presiden.

Namun, di dunia ini, khususnya di Indonesia, pemimpin hebat telah langka. Kita tidak bisa menghitung dengan pasti, berapa banyak orang yang menyia-nyiakan atau bahkan menyalahgunakan jabatannya. Hasrat untuk mempertahankan posisi lebih besar dibandingkan nurani untuk memuliakan mereka yang telah mempercayakan posisi tersebut kepadanya.

Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri, jabatan pemimpin juga menjadi sorotan hangat. Swinburne Leadership Institute mengadakan survei kepemimpinan di Australia dan telah menerbitkan publikasi yang kritis. Pasalnya, publik beranggapan bahwa 59% pejabat politik—sebagai pemimpin—tidak dapat dipercaya, 68% hanya mementingkan kepentingan pribadi, dan 63% tidak kompeten dalam pembangunan jangka panjang.

Survei dari Swinburne membuktikan bahwa menjadi seorang pemimpin tidaklah gampang. Tidak seperti membolak-balikkan telapak tangan. Seorang pemimpin akan terus disorot, dinilai, atau bahkan digunjing oleh bawahannya. Walaupun ia menjadi kunci arah gerak organisasi, pemimpin juga menjadi buah bibir di setiap organisasi. Karenanya, tidak semua orang mau menjadi pemimpin. Dan tidak semua pemimpin mampu menjadi pemimpin yang hebat.

 

Lalu, seperti apakah pemimpin hebat itu?

Menurut John Adair, seorang penulis dari Inggris, pemimpin adalah teladan yang dihormati. Pemimpin menggunakan kekuasaan secara cerdas dan peka, ia memiliki kewenangan tanpa menjadi sewenang-wenang. Ia mampu mempertahankan keterarahan kelompoknya. Ditambahkannya juga, setidaknya ada lima kualitas yang harus dimiliki seseorang untuk dapat menjadi pemimpin.

Pertama, integritas. Yaitu kualitas yang membuat orang mempercayai pemimpin. Kepercayaan adalah hal paling penting dalam semua bentuk hubungan. Lalu ada antusiasme, yaitu sikap yang menunjukkan ketertarikan seorang pemimpin terhadap sesuatu masalah dan cara penyelesaiannya. Tanpa antusiasme untuk gebrakan dan inovasi, pemimpin tidak akan membawa banyak vibrasi positif bagi organisasi. Ketiga, kehangatan atau ketidakkakuan dalam memimpin. Orang yang kaku tidak cocok untuk menjadi pemimpin, karena kekakuannya sedikit banyak akan menular pada mereka yang dipimpinnya.

Lalu seorang pemimpin harus mempunyai ketenangan. Kualitas ini menjadi karisma seorang pemimpin. Seorang sejarawan Romawi, Tacitus, menulis: “Perkembangan nalar dan keputusan yang diambil dengan tenang, itulah kualitas yang dimiliki seorang pemimpin.” Dan yang terakhir, seorang pemimpin haruslah tegas dan adil. Kualitas terakhir ini merupakan harapan besar yang digantungkan oleh rakyat kepada siapa pun pemimpinnya.

Begitulah gambaran singkat mengenai kepemimpinan, keadaan kepemimpinan di Indonesia dan di dunia internasional, dan kualitas kepemimpinan yang baik. Pertanyaannya sekarang, apakah kita, setiap pasang mata yang membaca renungan ini, merupakan pemimpin yang hebat? Layakkah kita menjadi pemimpin? Jika kita sudah menjadi pemimpin saat ini apakah kita mampu menyelesaikan masalah? Tidak hanya menuntut para bawahan untuk mencarikan solusi, namun juga memimpin jalannya (problem solving). Apakah kita sudah benar-benar menjalankan amanah? Tidak hanya memandang jabatan sebagai hak, tapi juga kewajiban.

Pun, dari yang paling kecil. Diri kita sendiri, sebagai bagian dari instansi yang besar. Apakah kita mampu memimpin diri saat bekerja? Mulai dari jam 7.30 pagi sampai 16.00? Apakah kita sudah mempertanggungjawabkan gaji dan TK yang kita nikmati setiap bulan? Apakah kita mampu mengatur diri agar kinerja kita bermanfaat demi BPS yang lebih baik? Demi slogan kebanggaan, PIA? Demi data berkualitas dan mencerdaskan?

Baik, mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di nurani kita masing-masing.

Mari bersama menginspirasi, belajar menghormati pemimpin kita, sekaligus menyayangi bawahan. Mari kita belajar menghargai dan bertanggung jawab, sebelum mulai memimpin atau mengoreksi para pemimpin. Mari kita belajar dari yang paling simpel—namun terlupakan; memimpin diri sendiri.

 

Sumber: Varia Statistik, Feb 2016

Penulis: Nofriani, Staf IPDS BPS Provinsi Bengkulu