Pengolahan Data Kunci Keberhasilan Data Pangan Terkini

Admin RB BPS Pusat | 20th December, 2018

Bogor –“Data yang berkualitas paling tidak mencakup 3 dimensi, yaitu waktu, bentuk, dan kebutuhan. Dimensi waktu bermakna data harus kekinian, up to date. Jika diminta sekarang ya harus diberikan sekarang,” demikian sambutan Direktur Sistem Informasi Statistik BPS, Muchammad Romzi, kepada 102 peserta innas pengolahan Survei Struktur Ongkos Usaha Tanaman Hortikultura Tahun 2018 (SOUH 2018), Selasa (14/8) di Hotel Aston Bogor.

 

Lebih lanjut Romzi menambahkan, dimensi bentuk artinya penyajiannya bagus dalam bentuk format yang mudah dipahami. Misalnya penyajian data dalam bentuk infografis yang bukan hanya dalam bentuk tabel tapi juga visual yang enak dilihat siapapun. Sedangkan dimensi kebutuhan melihat kebutuhan dari user. Terkait hal tersebut, BPS ingin menjawab kebutuhan data kekinian yang valid dan dapat menggambarkan struktur ongkos, profil petani usaha hortikultura, dan karakteristik usaha tanaman hortikultura

 

Data struktur ongkos merupakan data yang penting untuk penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB), pengukuran kesejahteraan petani, dan pemenuhan data ketahanan pangan. Surveinya mencakup 34 provinsi dengan sampel  114.700 rumah tangga petani hortikultura yang melibatkan petugas sebanyak 5.121 orang.

 

Indikator yang dikumpulkan dari SOUH 2018 salah satunya adalah karakteristik demografi petani usaha tanaman hortikultura, penguasaan dan kepemilikan lahan,  struktur usaha yang meliputi nilai produksi, biaya produksi, Cost Benefit Ratio (CBR) serta pendapatan petani.

 

Pengolahan data merupakan kegiatan lanjutan dari pelaksanaan lapangan SOUH 2018. Peran Innas pengolahan tidak hanya mengajar atau melatih penanggungjawab pengolahan di BPS Provinsi tetapi mempunyai peran yang lebih krusial yaitu mengawal kualitas data.

                                                                                                                                                                          

Pada kesempatan yang sama, Hermanto, Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan BPS mengingatkan peserta untuk serius dalam proses pengolahan. “Pelaksanaan lapangan yang gegap gempita dan cepat akan menjadi sangat menyedihkan jika finishingnya tidak sukses” ujarnya.

 

Data pangan Indonesia itu harus terbuka, dapat memotret realita lapangan, kekinian dan didukung oleh teknologi informasi. Oleh karena itu Indonesia harus mandiri dan berdaulat dalam data statistik pangan. "BPS tidak boleh dipengaruhi siapapun, bahkan lembaga dunia sekalipun (Bank Dunia dan FAO)” pesan Hermanto kepada seluruh peserta.

 

Selama tiga hari, para peserta yang berasal dari BPS Provinsi dan Pusat akan diberikan materi tentang editing coding, mekanisme pengolahan SOUH 2018, tata cara dan teknik pengoperasian program aplikasi, penjelasan mengenai web, dan monitoring SOUH 2018. (Humas BPS/ASF).